Sedangkandalam ayat yang kedua (Al-Israa/17 : 31) Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin". Ini menunjukkan bahwa kemiskinan atau kefakiran belum datang kepada mereka (orang tua). Akan tetapi mereka takut hidup miskin atau fakir disebabkan adanya anak di masa mendatang.
Terutamadisaat kita berpuasa kita dilatih jujur kepada diri sendiri. Terkadang kejujuran sangat sulit dilakukan, karena kejujuran membawa konsekuensi pada diri kita. Misalnya kita dihadapkan pada masalah dengan orang tua, maka konsekuensinya orang tua kita akan marah jika kita berkata jujur tentang kesalahan kita.
Jikasebelumnya dijelaskan bahwa orangtua hendaknya meminta izin kepada anak, ini bukan berarti orang tua tidak boleh mengambil sesuatu milik anak jika memang ada hal syar'i yang mendorongnya untuk itu. Namun, orangtua hendaknya bisa memberikan penjelasan yang bisa diterima anak.Jangan sampai ia hanya menonjolkan umurnya yang tua, kekuasaan dan kegarangannya semata karena bisa jadi hal itu
Haiorang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan. (5:9)
Jikakita merasa keberatan untuk mengakui Tuhan di hadapan manusia, suatu hari kelak, ketika Tuhan datang di dalam kemuliaan Bapa, Dia juga akan keberatan untuk mengakui orang semacam kita. Hari ini, jangan karena takut kepada manusia (Yes. 51:12), sehingga kita tidak berani mengakui Tuhan di hadapan manusia. Betapa seriusnya hal ini!
Tidakmampu menangkap dan memahami untuk apa kita hidup. Karena akal kita lemah. damai, adem ayem tapi diakherat neraka jahanam tempatnya. Tapi orang yang durhakan kepada orang tua, sudah di dunia dapat, di akherat juga dapat azabnya. jaga dia di rumah sampai mati. Walopun waktu kecil ibu memaksa kita berpuasa, jangan paksa ibu untuk
. Imam Shamsi AliPresiden Nusantara FoundationSecara khusus Allah SWT memanggil orang-orang beriman untuk berpuasa âWahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasaâ Al-Baqarah 183. Dalam sebuah hadis juga disebutkan âPuasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas puasa orang yang berpuasaâ. Panggilan iman dan pengakuan puasa sebagai milik Allah mengindikasikan secara kuat bahwa puasa adalah amalan ibadah yang bersifat personal atau private dengan Allah SWT. Dalam melakukannya tidak ada sama sekali orang ketiga yang terlibat. Ketika anda salat, gerakan-gerakan itu nampak kepada orang lain. Ketika anda berzakat, minimal yang memberi dan menerima ikut terlibat. Ketika haji bahkan jutaan yang menyaksikan. Tapi puasa benar-benar hanya antara pelaku dan Tuhannya yang menjadi sinilah kemudian puasa menjadi pintu lebar untuk hadirnya Allah dalam hidup pelakunya. Seorang yang berpuasa akan melatih diri untuk bersama dengan Dia, yang melihat apa yang tidak nampak maupun yang memang nampak. Dan karenanya lambat laun, tapi pasti, âmahabatullahâ kebesaran Allah akan bersemayam dalam Allah telah hadir bersamanya di setiap saat, masa dan keadaan, maka saat itu dalam dirinya terjadi kekuatan yang belum pernah bahkan tidak pernah dibayangkan. Akan terbangun kekuatan dahsyat yang boleh jadi berada di luar dugaan. Kita misalnya mengenal bahwa dalam perjalanan sejarah Islam, banyak kemenangan-kemenangan umat ini justeru terjadi di bulan di perang Badar misalnya adalah kemenangan yang terjadi di luar dugaan dan kalkulasi manusia. Dengan jumlah prajurit dan persenjataan yang jauh lebih kecil, Rasulullah SAW mengalahkan musuh yang berkekuatan tiga kali lipat itu dikarenakan kekuatan umat ini tidak selalu bersandar kepada keluatan materi dan fisik. Tapi lebih penting, kekuatan umat itu terbangun di atas soliditas ruhiyahnya. Dan di sinilah peranan puasa dalam membangun kekuatan atau kebersamaan dengan Allah maâiyatullah juga akan membangun ketenangan hidup. Percayalah, hidup ini penuh dengan hiruk pikuk, goncangan dan tantangan. Seseorang yang lemah dan kurang siap menghadapi perubahan dan goncangan itu pasti akan terombang-ombang di tengah samudra situasi berpihak kepadanya maka dia akan lupa diri. Bahkan membusungkan dada, angkuh dan merasa dunia telah menjadi miliknya. Sebaliknya, ketika keadaan tidak berpihak kepadanya, dia lemah, merasa hina, bahkan prustrasi dan karenanya hanya ada satu jalan dalam mengantisipasi goncangan hidup itu. Hadirkan Dia Yang memiliki langit dan bumi dan segala isinya. Hadirkan Dia dalam setiap detakan jantung dan aliran darah kehidupan. Ketegaran Rasulullah SAW menghadapi tantangan dakwah, bahkan ancaman hidup ketika itu karena hadirnya Allah dalam dadanya. Itulah yang beliau buktikan di saat berada dalam gua Hira itu. Para algojo itu telah berdiri di depan pintu gua dengan pedang terhunus. Abu Bakar RA yang melihat itu menangis, bukan karena takut akan kematinnya sendiri. Tapi khawatir akan keselamatan Rasulnya. Dia khawatir juga para algojo itu menengok ke dalam gua itu dan pasti akan membunuh Rasulullah sang Rasul sendiri tenang menghadapi itu. Beliau kemudian membisikkan ke telingah sabahatnya itu âJangan takut, jangan khawatir, karena Allah bersama kitaâ. Ternyata kehadiran Allah dengan sungguh-sungguh dalam hati menjadi âpengusirâ ancaman itu. Para algojo pulang dan meninggalkan tempat itu tanpa menyadari bahwa orang yang mereka cari itu telah ada di jiwa di saat bersama Allah ini juga terjadi kepada seorang muallaf Amerika. Jalan hidupnya yang keras, tidak mudah, bahkan penuh dengan duri yang dia Maria. Maria adalah seorang wanita Hispanic keturunan Colombia. Ketika masih berumur sekitar 24 tahun dia kenalan dengan seorang muslim keturunan Mesir di Kota New York. Mereka kemudian saling suka dan menikah, bahkan Maria menerima Islam dengan sungguh-sungguh sebagai jalan hanya dalam tempo yang singkat sang suami berubah kasar dan sering memukulinya. Hingga pernikahan mereka melewati masa dua tahun, dan dikaruniai dua anak, suaminya menceraikan dia. Maria dan kedua anaknya ditinggalkan tanpa apapun, bahkan Maria harus keluar dari rumahnya tanpa bekal dan tanpa hari-hari pertama Maria ditolong oleh sebuah gereja. Tinggal di sebuah penampungan shelter milik gereja itu sambil mencari pekerjaan. Hingga suatu hari Maria berhasil diterima bekerja di sebuah toko inilah dia berkenanalan dengan teman barunya, seorang perempuan, juga keturunan Hispanic asal Puerto Rica. Teman Maria ini rupanya memperhatikan Maria setiap hari. Diam-diam dia kagum karena Maria selalu datang ke pekerjaannya dengan pakaian rapih, lengkap dengan kerudung. Tapi yang terpenting, Maria selalu ceria setiap hari teman Maria ini memberanikan diri bertanya kepadanya âDonât you have any problem in your life?â. Mendengar itu Maria sambil tersenyum bertanya "Why?â Temannya melanjutkan âI have seen you happy and smile all the time. Seemingly youâre so happyâ. Maria kemudian memegang pundak temannya itu dan menceritakan semua permasalahan hidupnya. Dari kenalan dengan orang Mesir itu hingga nikah, sampai dipukuli dan diceraikan. Betapa terkejutnya teman Maria itu. Tapi dia pun semakin tidak paham, kenapa Maria tetap ceria dan tersenyum? âSo what makes you happy all the time?,â tanyanya. Maria memandang temannya itu dengan serius, lalu menjawab dengan singkat âKarena Allah bersama sayaâ.Rupanya jawaban ini tanpa disangka menggetarkan jiwa teman Maria. Tanpa dia sadari, dia menangis, tersentuh dengan cerita Maria. Tapi yang paling menggetarkan jiwanya adalah jawaban Maria Karena Allah bersamakuâ. Singkat cerita teman Maria itu menyatakan ingin mengikuti Maria. Diapun datang ke masjid diantar Maria dan menerima Islam sebagai jalan hidupnya yang kebesaran Allah ketika hadir dalam dada manusia, dia menjadi kuat dan tenang menghadapi gelombang pergerakan hidup yang hanya akan berakhir dengan berakhirnya hidup dunia itu sendiri. Dan puasa adalah kunci utama untuk hadirnya Allah dalam dada manusia. Semoga!rhs
kita berpuasa karena takut kepada orang tua